Diare Pada Kucing, Anjing dan Kelinci

Feses merupakan produk buangan hasil sisa metabolisme dari sistem pencernaan. Usus halus dan usus besar berperan penting dalam penyerapan cairan pada digesta, banyak atau sedikitnya cairan yang diserap akan mempengaruhi karakteristik feses. Karakteristik feses (jumlah, bentuk, dan konsistensi) menentukan keadaan kesehatan hewan dan diet (pengaturan pakan). Karakteristik feses dapat dinilai menggunakan fecal scoring yang dapat dilihat pada Gambar 1. Feses dikategorikan normal jika sesuai dengan nilai 2 dan 3 (Englar 2019).

Gambar 1. Fecal scoring anjing dan kucing (Greco 2011).

Pakan memegang peran penting terhadap kesehatan sistem pencernaan. Kandungan pakan dengan nutrisi (karbohidrat, protein, dan serat) yang baik dan tepat akan menjaga kesehatan hewan. Anjing dan kucing mengalami diare akibat perubahan pakan yang terlalu cepat karena perbedaan kandungan bahan pakan (Thatcher et al 2010). Hal tersebut juga berlaku pada kelinci, diare terjadi karena perubahan pakan, kurang serat pada pakan, dan pakan terlalu encer (Masanto dan Agus 2013).

Gambar 2  Perbedaan sistem gastrointestinal (GI) pada karnivora dan herbivora (Urry et al. 2017)

Diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan (Tjay dan Rahardja 2007). Diare timbul sebagai gejala umum dari suatu penyakit dan dapat menyebabkan dehidrasi (Mills dan Dean 2011). Gejala tersebut sering terjadi akibat hasil dari penyakit gastrointestinal (GI) (diet pakan, infeksi GI, inflamasi atau neoplasia) atau extragastrointestinal (Paris et al. 2014).

Infeksi GI dapat terjadi karena adanya bakteri, protozoa, cacing, dan virus yang mengganggu fungsi normal tubuh. Bakteri penyebab diare yaitu Camphylobacter spp., Clostridium spp. (Gambar 2A), E.coli, Salmonella spp., Yersinia enterocolica. Protozoa yang menyebabkan diare yaitu Coccidia, Cryptosporidium spp., Giardia spp., dan Tritrichomonas foetus. Infestasi cacing penyebab diare antara lain Ancylostoma sp., Uncinaria sp., Dipylidium caninum, Trichuris vulpis, Toxocara sp. (Gambar 2B) (Paris et al. 2014). Virus yang menyerang biasanya bersifat spesies spesifik contohnya Feline coronavirus dan Feline panleukopenia virus pada kucing, Canine distemper virus dan Canine parvovirus tipe 2 pada anjing (Yesilbag  2008; Paris et al. 2014).

A
B

Gambar 2  Agen infeksius penyebab diare A. Clostridium spp.; B. Toxocara canis (Paris et al. 2014)

Adanya agen infeksius yang menyerang GI akan mengurangi populasi bakteri normal dan struktur intestinal. Bakteri dalam tubuh yang terdapat pada GI disebut mikrobiom. Mikrobiom dan hasil metabolitnya memberikan keuntungan bagi hewan. Manfaat mikrobiom yaitu meningkatkan fungsi GI dengan mempengaruhi permeabilitas intestinal, kekebalan mukosa, motilitas dan sensitivitas intestinal, dan pelepasan hormon dan neurotransmitter (Isolauri et al.2016)

            Pemberian probiotik berfungsi sebagai langkah preventif (pencegahan) dan perawatan penyakit pada GI melalui modulasi mikrobiota. Probiotik umumnya berisi jenis bakteri menguntungkan yang sama dengan mikrobiom (bakteri normal yang ada pada intestinal). Bakteri yang biasa digunakan sebagai probiotik pada anjing dan kucing yaitu Lactobacillus spp.. Lactobacillus dapat meningkatkan kekebalan imun melalui peningkatan populasi mikrobiom (Baffoni 2017). Salah satu contoh obat terapi probiotik yang sering digunakan adalah Probiovar (Gambar 3).

Gambar 3  Probiotik untuk anjing, kucing dan kelinci Probiovar® mengandung Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Yeast dan Antibiotik alami.

            Diare dapat berupa gejala dari penyakit infeksius atau sistemik. Hewan yang terserang diare lebih baik dipisahkan dari hewan. Gejala lain yang muncul bersamaan diare seperti demam, kurus (kahexia), bulu kusam, adanya discharge, darah dan lain lain dapat dikonsultasikan dengan dokter hewan.

Penulis: Intan, Tim RnD PT Tri Daya Varuna

Sumber :

Baffoni, L. 2017.  Probiotics and prebiotics for the health of companion animals. Probiotics and Prebiotics in Animal Health and Food Safety. 175–195. doi:10.1007/978-3-319-71950-4_7 

Englar RE. 2019. Common Clinical Presentation in Dogs and Cats. Hoboken (US): WILEY Blackwell

Greco DS. 2011. Diagnosis And Dietary Management Of Of Gastrointestinal Disease: Purina Veterinary Diets [internet]. Tersedia pada https://www. purinaveterinarydiets. com/clinic-support/clinicresources/for-your-clinic/diagnose-gi-problems-with-thequick-guide-reference-tool/(diunduh 2019 Oktober 4).

Isolauri E, Sherman PM, Walker WA. 2016. Intestinal Microbiom: Functional Aspects in Health and Disease. Switzerland(UK): Nestlé Nutrition Institut

Masanto R, Agus A. 2013. Kelinci Potong: Pembibitan dan Penggemukan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Mills AM, Dean AJ. 2011. Emergency Medicine Clinics of North America. Pennsylvania (US): SAUNDERS ELSEVIER

Paris JK, Wills S, Balzer HJ, Shaw DJ, Gunn-Moore DA. 2014. Enteropathogen co-infection in UK cats with diarrhoea. BMC Vet Res. 10(13): 1-11. doi:10.1186/1746-6148-10-13

Thatcher CD, Hand MS, Remillard RL. 2010. Small Animal Clinical Nutrition: An Iterative Process. 3-21

Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam. Jakarta (ID): Gramedia

Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Reece JB, Campbell NA. 2017. Campbell Biology, Elevent Ed. New York(US): Pearson

Yesilbag K. 2008. Recent Research Developments In Canine and Feline Coronaviruses Biology and Diagnosis, Chapter: 3. India (IN): Transworld Research Network

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked*